PA MAMRE GBKP 19-25
OKTOBER 2014
(Minggu
Zending GBKP)
Pdt. Larena br. Sinuhadji
Ogen :
1 Korinti 2:1-9
Tema :
KINITEKEN ENTAH KEBELUHEN?
Tujun :
Gelah Mamre i bas ersaksi
makeken kepentaren i bas Dibata nari, labo kebeluhen ngerana ras kuasana
Pengantar
Jemaat
Korintus didirikan oleh Paulus bersama-sama dengan Priskila, Akwila, dan
rekan-rekan lainnya (Kis. 18:5; 1 Kor. 16:19) selama 18 bulan pada perjalanan
misi Paulus yang ke-2 (Kis. 18:1-17). Jemaat Korintus adalah jemaat yang
heterogen (bukan hanya orang Yahudi perantauan saja) dari berbagai suku bangsa.
Sementara itu kota Korintus sendiri merupakan sebuah kota metropolitan, karena
merupakan ibu kota provinsi Akhaya di bawah pemerintahan Roma. Kota ini tentu
saja merupakan kota yang sangat maju dalam hal ekonomi dan budaya, namun terbelakang
dalam hal moralitas.
Dengan
demikian dapat kita bayangkan bagaimana kondisi jemaat Korintus ketika Paulus
meninggalkannya. Waktu 18 bulan tentu tidaklah cukup untuk menumbuhkan iman
yang kokoh dalam diri jemaat Korintus. Jemaat Korintus masih labil, mudah
terpengaruh lingkungan sekitarnya. Itulah sebabnya Rasul Paulus menuliskan
surat-suratnya kepada jemaat Korintus. Surat 1 Korintus ditulis pada saat
Paulus melayani di Efesus (Kis. 18:23; 20:31; 21:16).
Hikmat
Manusia vs. Kekuatan Allah
Dalam
pengalamannya memberitakan Injil kepada jemaat Korintus, Rasul Paulus
menuliskan bahwa bukanlah hikmat manusia yang dipakainnya tetapi kekuatan Allah
melalui Roh Kudus. Oleh karena itu ia mengajak jemaat Korintus agar
menyandarkan diri mereka kepada Roh Kudus sebagai kekuatan yang berasal dari
Allah (ay. 1-5). Mengapa Rasul
Paulus menyandarkan dirinya pada kekuatan Roh Kudus? Karena :
- Roh Kudus berkuasa menyadarkan orang akan dosa-dosanya, mengungkapkan kebenaran, penghakiman, dan kesaksian tentang kuasa penyelamatan dalam Kristus (band. 1 Kor. 5:1-6:20)
- Roh Kudus berkuasa mengubah kehidupan (1 Kor. 1:26-27; band. Kis 4:13)
- Roh Kudus berkuasa mengerjakan kekudusan dalam hidup orang percaya (1 Kor 5:3-5)
- Roh Kudus berkuasa menunjukkan kuasa Allah melalui tanda-tanda ajaib (Kis. 2:29-33; 4:29-30; 5:12; 14:3; 2 Kor. 12:12).
Hikmat
manusia dipertentangkan Paulus dengan kekuatan Allah melalui Roh Kudus karena
tampaknya jemaat Korintus lebih mengandalkan kekuatan hikmat manusia yang
terbatas dibandingkan dengan kekuatan Roh Kudus dalam hidup mereka. Tentu saja
hal ini menyebabkan hidup mereka masih sama dengan orang-orang di sekitarnya
bahkan mungkin lebih buruk.
Gaya hidup
jemaat Korintus kira-kira bisa digambarkan sebagai berikut : "iri hati dan
perselisihan" (1 Kor. 3:3); permisif (membiarkan bahkan melegalkan) kebejatan
dalam jemaat (1 Kor. 5:1-13; 6:13-20); tidak memperdulikan Firman Allah (1 Kor.
4:18-19); masih mengadukan perkara mereka yang sepele ke pengadilan (1 Kor.
6:8); dll. Dengan gaya hidup seperti ini maka hidup mereka sama sekali menjadi
kesaksian di tengah-tengah masyarakatnya.
Oleh karena
itu jelas pesan Rasul Paulus dalam ogen pada kesempatan ini, jangan
mengandalkan kekuatan manusia bila ingin hidup berpadanan dengan Kristus dan
bila hidup kita ingin menjadi kesaksian bagi lingkungan kita. Andalkanlah
kekuatan Allah melalui Roh KudusNya.
Aplikasi
PA Mamre pada
kesempatan ini berkaitan dengan Minggu Zending GBKP. Mengingatkan kembali Mamre
akan sehna Berita si Meriah ibas kalak Karo. Artinya, Injil bertumbuh dan
berkembang dalam masyarakat Karo sebagai hasil dari Pekabaran Injil yang
dilakukan oleh Zending Belanda di masa lalu. Tentu saja hal ini membawa Mamre
pada suatu refleksi :
- Sampai sejauh mana Injil itu mengubah kehidupan Mamre?
- Sampai sejauh mana Injil itu mendorong Mamre untuk bersaksi melalui apa pun yang mampu Mamre lakukan?
Jika hasil
refleksi itu ternyata membawa pada kesimpulan bahwa Mamre masih belum diubahkan
hidupnya oleh berita Injil, maka Mamre perlu mengevaluasi kembali, mungkin
selama ini Mamre lebih mengandalkan logika, pikiran, hikmat manusia daripada
kekuatan Allah melalui Roh Kudus untuk mengubah hidup? Mungkin memang belum
secara serius hidup di dalam Kristus karena selama ini hanya menjadi Kristen
keturunan saja. Atau mungkin ada penyebab lainnya. Tetapi yang pasti adalah,
mintalah pimpinan Roh Kudus agar dimampukan untuk mengubah diri sendiri.
Jika hasil
dari refleksi itu ternyata Mamre sudah banyak diubahkan oleh Injil, maka
pertanyaannya, adakah keinginan dalam diri Mamre untuk mengajak Mamre-mamre
lain untuk hidup dalam Kristus? Contoh konkrit misalnya, mengajak Mamre yang
selama ini belum aktif dalam kegiatan-kegiatan gereja, dsb. Tetapi yang
terutama, Mamre mampu bersaksi melalui gaya hidupnya, di rumah, dalam
pekerjaan, di mana pun ia berada, sehingga banyak orang melihat dan merasakan
kasih Kristus melalui kehadiran Mamre. Inilah ciri Mamre yang mengandalkan Iman
kepada Tuhan (erkiniteken man Dibata) bukan mengandalkan kekuatan diri sendiri
(kebeluhenna entah pe kuasana). Jika kedua hal di atas sudah mampu dilakukan,
maka Mamre akan dimampukan untuk melangkah lebih jauh dalam Pemberitaan Injil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar