KHOTBAH GBKP MINGGU TGL. 29 MEI 2016
PERTUKARAN MIMBAR PGI DALAM RANGKA
BULAN OIKUMENE HUT PGI KE-66
(Erpalasken surat Moderamen nari Tgl.
13 Mei 2016, No. 0778/V-b/2016, kerna Bulan Oikumene)
Pdt. Larena br. Sinuhadji (Nd. Rey
Tarigan)
Tema : GEREJA
YANG PEDULI DAN BERBAGI
Bahan Alkitab
: 2 Korintus 8:13-15
Penjelasan Bahan Alkitab
Perikop
ps. 8 diberi judul oleh TB-LAI “Pelayanan Kasih” berbicara tentang bantuan
kasih dari Jemaat Makedonia kepada Jemaat miskin di Yerusalem (bdk. Roma 15:26,
“Sebab Makedonia dan Akhaya telah mengambil keputusan untuk menyumbangkan
sesuatu kepada orang-orang miskin di antara orang-orang kudus di Yerusalem”). Jemaat Makedonia secara finansial miskin
tetapi kaya dalam kemurahan. Bahkan Paulus berani mengatakan, apa yang
dilakukan jemaat ini melampaui kemampuan mereka. Dengan kerelaan sendiri jemaat
ini meminta dan mendesak kepada Paulus beserta timnya supaya mereka diberi
kesempatan untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus (ay.
3-4). Mereka memberikan lebih banyak daripada yang diharapkan Paulus. Artinya, jemaat
ini benar-benar sudah dewasa secara iman, mereka tidak hanya fokus berpikir
terhadap kekurangan yang ada pada diri mereka dan supaya orang peduli
(mengasihani) mereka tetapi malah mereka berpikir untuk orang lain dan apa yang
bisa mereka perbuat untuk meringankan beban orang lain. Apa yang dilakukan
Jemaat Makedonia dijadikan contoh yang hidup oleh Paulus bagi Jemaat Korintus
untuk juga mau berbagi, karena secara finansial sebenarnya Jemaat Korintus jauh
lebih mampu tetapi kurang dalam hal memberi.
Secara
khusus pada ay. 13-15 Paulus menekankan soal keseimbangan dan saling menolong. Pada
saat itu jemaat di Yerusalem membutuhkan pertolongan, sehingga bantuan dari
Jemaat Korintus yang secara finansial berkelebihan sangat dibutuhkan. Karena
mungkin saja pada suatu saat Jemaat Korintus pun membutuhkan pertolongan dari
Jemaat Yerusalem. Paulus memotivasi Jemaat Korintus agar dengan rela membantu Jemaat
Yerusalem. Oleh karena itu penggalangan sumbangan yang sudah dimulai di Jemaat
Korintus harus dengan rela diselesaikan dengan tuntas. Paulus menduga ada
orang-orang yang merasa keberatan untuk mengumpulkan sumbangan itu sehingga
mempengaruhi anggota jemaat lainnya. Pada ay. 15 Paulus mengutip Kel. 16:18
yaitu tentang orang Isarel yang mengumpulkan manna di padang gurun (“Ketika mereka
menakarnya dengan gomer, maka orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan
dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan. Tiap-tiap orang
mengumpulkan menurut keperluannya”). Prinsip yang ditekankan adalah tidak
serakah dan ada penguasaan diri.
Aplikasi
Bulan
Mei dirayakan oleh Gereja-gereja di Indonesia sebagai Bulan Oikumene dalam
rangka HUT PGI yang jatuh pada Tgl. 25 Mei. Tahun ini PGI berusia 66 tahun,
yang menunjukkan bahwa arak-arakan Gerakan Oikumene Gereja-gereja di Indonesia
telah menjalani usia yang tidak lagi muda. Dalam usia yang tidak lagi muda ini,
kembali Gereja-gereja di Indonesia diingatkan bahwa esensi kehadiran kita di
tengah-tengah dunia ini adalah untuk menjadi berkat bagi segala makhluk. Di satu
sisi kita prihatin karena masih banyak Gereja di Indonesia yang hak-haknya
untuk melaksanakan ibadah dihambat. Kemiskinan dan ketiadakadilan masih terus
membayangi. Paham radikalisme yang menjadikan kekerasan sebagai cara
menyelesaikan persoalan masih menggema. Kerusakan ekologis sepertinya makin tak
terbendung. Korupsi masih sulit dibasmi. Peredaran narkoba semakin tak
terkendali dan perdagangan manusia semakin marak. Dan realitanya, masih banyak
orang yang tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya, tidak terkecuali
kita. Mungkin ada di antara kita yang mengatakan, “Sejauh tidak menganggu diri
saya, itu bukan urusan saya”. Masih banyak orang yang merasa nyaman dengan
egosentrisnya dan tidak rela keluar dari zona kenyamanannya. Orang menjadi sibuk
mengurus urusannya sendiri, berjuang meraih materi sebanyak-banyaknya, berjuang
meraih kekuasaan, kedudukan demi kepentingan dirinya sendiri atau kelompoknya.
Harus
diakui bahwa Gereja-gereja pun sedikit banyak masih terpengaruh dengan nilai-nilai
dan gaya hidup seperti tersebut di atas, misalnya, masih banyak Gereja yang masih
berkutat dengan urusan internal saja. Kegiatan oikumene hanya berkisar pada perayaan
Natal dan Paskah saja. Oleh karena itu, tema kali ini diangkat untuk
mengingatkan kita untuk berbagi dan peduli. Berbagi dan peduli tidak hanya
dapat dilakukan dalam keadaan aman dan mapan. Karena seringkali yang terjadi
kita hanya mau memberi dari kelebihan dan ketika situasi kita nyaman. Tetapi pada
kesempatan ini melalui Jemaat Makedonia, kita diingatkan bahwa mereka memberi
bukan dari kelebihannya, tapi justru dari kemiskinannya. Bukan dari
kenyamanannya, tapi justru di tengah tekanan dan penderitaan yang mereka alami.
Perikop ini menunjukkan, bahwa peduli dan berbagai merupakan dua hal yang penting
dalam kehidupan persekutuan, keduanya tidak bisa dipisahkan. Peduli adalah
sikap dan berbagai adalah tindakan konkrit.
Adam
Grant dalam bukunya Give and Take
memberikan kesimpulan dari hasil risetnya bahwa orang-orang yang suka berbagi
adalah mereka yang mendominasi tangga atas kesuksesan hidup. Sedangkan
orang yang tidak mau berbagi dan maunya
hanya mengambil atau menerima justru hanya berada di tengah-tengah tangga
kesuksesan hidup. Tentu saja motif kita untuk berbagi pada mereka yang
membutuhkan bukan pertama-tama karena ingin sukses dalam hidup ini. Motif kita
adalah bersyukur. Kita bersyukur karena Tuhan telah terlebih dahulu mengasihi
kita dan tetap memelihara hidup kita sampai saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar