BIMBINGEN
PA MAMRE TGL. 7 - 13 FEBRUARI 2016
MAMRE KURANG IPERLENGKAPI I BAS
KARAKTERNA
Nrs.
Bp. Rey Tarigan
Ogen : Matius 10:16-20
Tema : MPELIMBARUI “PIRAH” (BIAK/KARAKTER)
Tujun : Mamre Ngasup :
1) Nuriken biak metenget i bas ndahiken persuruhen Dibata
2) Naksiken “pirah” geluhna si enggo ipelimbarui
Penjelasen Ogen
Inti pengajaran Tuhan Yesus kepada murid-muridNya menurut Injil
Matius adalah “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat” (Mat. 4:17).
Bertobat berarti menyadari keberadaan diri yang penuh dengan dosa, menyesal,
meninggalkan segala dosa dan berbalik kembali kepada Tuhan. Kerajaan Sorga
bukan hanya berarti bahwa akhir zaman sudah dekat, tetapi juga berarti suatu
keadaan hidup yang telah diperbaharui seutuhnya oleh anugerah kasih Kristus.
Keadaan hidup yang telah diperbaharui seutuhnya berarti suatu keadaan hidup
yang berubah tujuannya, tidak lagi berorientasi kepada dosa tetapi mengarahkan
hidup ini seutuhnya kepada Kristus. Keadaan ini terlihat misalnya pada para
murid Tuhan Yesus dalam Mat. 4:18-22. Ketika Tuhan Yesus memanggil
murid-muridNya untuk mengikutiNya, maka merekapun “meninggalkan jalanya dan
mengikut Dia” (Mat. 4:20). Kalimat ini merupakan simbolisasi pertobatan, yaitu
meninggalkan masa lalu dan masuk dalam suatu kehidupan baru yang berorientasi
seutuhnya kepada Kristus. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bahwa tujuan
kehadiran Tuhan Yesus ke tengah dunia ini bukan hanya memberitakan berita keselamatan
tetapi juga berita tentang pertobatan, yaitu suatu perubahan hidup yang secara
konkrit bisa dirasakan dampaknya baik oleh diri sendiri maupun oleh orang lain.
Bahan Alkitab (Mat. 10:16-20) tidak bisa
dilepaskan dari inti pengajaran Yesus Kristus tentang pertobatan. Bila kita
perhatikan pasal 10 mulai dari ayat 1, setelah para murid bertobat dan menerima
berbagai pengajaran dari Yesus Kristus, maka mereka diutus untuk melakukan misi
Kristus, yaitu memberitakan kabar pertobatan dan keselamatan kepada dunia ini.
Dalam pengutusan tersebut, Tuhan Yesus memberikan berbagai petunjuk tentang
berbagai hal yang harus dilakukan serta pemberitahuan tentang keadaan atau
situasi yang harus dihadapi ketika mereka memberitakan kabar pertobatan dan
keselamatan. Secara khusus pada ay. 16-20 Tuhan Yesus memberikan gambaran bahwa
keadaan yang akan dihadapi oleh para murid bukanlah suatu keadaan yang nyaman
melainkan penuh dengan tantangan. Tantangan tersebut digambarkan melalui
lambang “serigala” (ay. 16). Lambang “serigala” dipakai untuk menggambarkan
karakteristik orang-orang dunia ini yang selalu ingin berbuat jahat, merusak,
dan membinasakan. Tantangan lain yang harus dihadapi digambarkan melalui istilah “penguasa-penguasa” (ay. 18, Yun. hegemon). Istilah “penguasa-penguasa”
dipakai untuk menggambarkan daya (energi negatif), kekuatan atau kekuasaan
jahat yang ada di tengah-tengah dunia ini yang selalu ingin menghambat dan
menghancurkan misi Kristus.
Untuk menghadapi keadaan ini Tuhan Yesus
menasihatkan agar para murid bersikap waspada dan tulus hati, yang digambarkan
dengan lambang “ular” dan “merpati”. Lambang “merpati” dipakai untuk
menggambarkan ketulusan, yaitu suatu sikap yang penuh dengan kesungguhan,
bersih hatinya, jujur. Sedangkan lambang “ular” dipakai untuk menggambarkan
kewaspadaan, yaitu suatu sikap penuh dengan kehati-hatian, kritis atau cerdas
dalam mengelola suatu keadaan (cerdik). Namun tidak hanya sampai di situ, Tuhan
Yesus juga mengingatkan bahwa para murid tidak sendirian dalam menghadapi
berbagai tantangan tersebut, mereka akan disertai Roh Kudus yang memberikan
kekuatan, hikmat, penghiburan, dsb. (ay. 20).
Pengkenaina
Tema “Mpelimbarui “Pirah” (Biak/Karakter)”, dengan
subtema “Mamre kurang iperlengkapi i bas karakterna”. Tujun, Mamre ngasup: 1) Nuriken
biak metenget i bas ndahiken persuruhen Dibata; 2) Naksiken “pirah” geluhna si
enggo ipelimbarui. Tema dan subtema mungkin menggambarkan konteks Mamre secara
umum yang masih harus diperlengkapi karakternya. Untuk tujuan yang pertama
sepertinya Mamre sudah sangat fasih menjelaskan tentang “biak metenget” dan hal-hal
apa saja yang harus dilakukan sebagai pengikut Kristus. Persoalan mungkin
muncul ketika harus mewujudnyatakan iman kepada Kristus dalam hidup sehari-hari
yang merupakan tujuan kedua. Padahal tujuan kedualah yang menjadi inti dari
pengajaran Tuhan Yesus, yaitu bertobat dan hidup dalam pertobatan sebagai wujud
nyata manusia yang telah diselamatkan. Hal ini yang perlu terus-menerus
diupayakan agar dapat diwujudkan dalam kehidupan kita sebagai Mamre. Karakter,
biak, atau pirah, tidak terbentuk dalam waktu singkat, namun karakter Kristus tidak
akan pernah terbentuk dalam diri kita jika kita tidak memulai untuk membentuknya
di dalam diri kita. Tentu saja akan ada banyak tantangan, tetapi kita harus
ingat bahwa kita tidak sendiri dalam menghadapi tantangan, ada Roh Kudus yang
memberikan kekuatan, hikmat dan penghiburan.
Sekali nari i bas bahan PA enda ipersingeti maka
tugasta i doni enda e me maba misi i bas
Tuhan nari guna ngelaken kata ras keleng ateNa (Mat. 28:19 “mencari jiwa-jiwa
yang terhilang”). Kita khususna Mamre sebage persuruhen Dibata la banci lang
geluhta lebe jadi usihen man kalak si deban. La nari berhasil kalimat, “Cakapku
e begiken, tapi ula nehenndu aku”. Karakterta sebage persuruhen Dibata enggo
pasti harus ngusih karakter Kristus. Tantangen sebage persuruhen Tuhan enggo
pasti mbue (desken biri-biri i tengah-tengah srigala). E maka arus lit
kesabaren, keberanian, kekelengen, kinigenggengen, penguasan diri, tanggung
jawab, integritas ras karakter-karakter si mehuli si debanna.
BIMBINGEN
PA PERMATA TGL. 8 - 14 FEBRUARI 2016
Nrs.
Bp. Rey Tarigan
Isi : PERMATA GBKP E ME RUDANG-RUDANG GEREJA
Bahan : Yakobus 1:22-25
Penjelasen Bahan
Surat Yakobus ditujukan kepada dua belas suku Israel yang telah
percaya kepada Yesus Kristus yang tersebar di luar Israel. Sebagaimana
surat-surat pastoral (penggembalaan) lainnya, Surat Yakobus bertujuan agar
jemaat-jemaat yang tersebar di luar Israel tetap terbina imannya kepada Yesus
Kristus. Yakobus pasal 1 merupakan pendahuluan surat yang berisi salam dan
beberapa nasihat yang tujuannya menguatkan atau
meneguhkan iman jemaat agar tetap bertahan dalam berbagai macam
pencobaan. Dari uraian secara keseluruhan pasal 1, dapat kita gambarkan
bagaimana kondisi jemaat-jemaat pada waktu itu. Misalnya pada ay. 5-8 terlihat kesan
bahwa ada sebagian jemaat yang kurang bijaksana sehingga harus meminta hikmat
kepada Tuhan. Pada ay. 9-11 terlihat kesan bahwa ada kesenjangan di antara
jemaat. Pada ay. 12-18 terlihat kesan bahwa masih banyak jemaat yang mudah
tergoda untuk berbuat dosa. Pada ay. 19-27 terlihat kesan bahwa masih banyak
jemaat yang belum taat menjadi pelaku-pelaku Firman Tuhan. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa kondisi kehidupan jemaat pada waktu itu masih belum
mencerminkan kehidupan jemaat yang telah diubahkan oleh anugerah keselamatan di
dalam Kristus.
Bahan PA, Yak. 1:22-25, secara khusus ditujukkan kepada
jemaat-jemaat yang: 1) hanya mau mendengarkan firman Tuhan saja tetapi tidak mau
melakukannya dalam hidupnya sehari-hari (ay. 22-24); 2) merasa dirinya sudah
taat beragama tetapi ketaatannya itu tidak nyata dalam perkataannya dan
perbuatannya (ay. 26). Dalam hal ini rasul Yakobus memberikan dua nasihat,
yaitu: 1) Ay. 25, ketika seseorang benar-benar mempelajari kebenaran firman
Tuhan dan melakukannya, maka firman Tuhan itu akan memerdekakan dirinya.
Artinya, firman Tuhan itu berkuasa mengubahkan jika dipahami dan dilakukan.
Selain itu firman Tuhan akan benar-benar menjadi berkat bagi dirinya sendiri
maupun orang lain ketika dipahami dan dilakukan. 2) Ay. 27, ibadah yang
sesungguhnya bukan terletak pada pelaksanaan seremonial di rumah-rumah ibadah,
tetapi terletak pada tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Pengkenaina
Ada sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa banyak orang beragama
tetapi tidak beriman. Dengan kata lain, ketika seseorang menyatakan dirinya
sebagai orang yang beragama maka keberagamaannya itu harus tampak dalam
perilakunya. Sementara itu tidak ada satu agamapun yang berani mengklaim
dirinya sebagai agama yang mengajarkan hal-hal buruk yang merugikan kalangan
sendiri maupun orang-orang lain yang tidak seagama. Artinya, semua orang
beragama seharusnya berperilaku baik sesuai dengan ajaran agamanya
masing-masing. Seberapa besar dampak orang beragama tetapi tidak beriman?
Dampaknya sangat besar dalam hidup sehari-hari. Misalnya, maraknya pemberitaan
tentang korupsi di media massa. Siapakah pelaku korupsi? Semuanya adalah
orang-orang yang mengaku dirinya beragama dan sebagai akibat perbuatannya
rakyat dirugikan. Siapakah pelaku pemboman di tempat-tempat umum akhir-akhir
ini? Semuanya adalah orang-orang yang mengaku dirinya beragama dan sebagai
akibat perbuatannya banyak orang terluka dan mati sia-sia. Tentu bisa kita
bayangkan bagaimana bobroknya suatu bangsa jika ada agama yang menghalalkan
hal-hal tersebut di atas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa beragama
mengandung konsekuensi yang harus bisa dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan
dan di hadapan manusia.
Dalam kehidupan berjemaat, gereja bukanlah suatu jaminan bahwa orang-orang
di dalamnya adalah orang-orang beriman kepada Kristus. Surat Yakobus
menggambarkan kenyataan itu. Banyak contoh yang memperlihatkan bahwa ada banyak
jemaat yang mengaku dirinya Kristen tetapi menjadi batu sandungan bagi jemaat
lainnya. Melihat kenyataan tersebut rasul Yakobus memberikan banyak nasihat
yang intinya adalah apa yang diimani itu juga yang seharusnya tampak nyata
dalam hidup sehari-hari, membawa perubahan ke arah yang semakin baik, berdampak
positif sehingga menjadi berkat bagi diri sendiri dan orang lain.
Isi atau tema PA PERMATA adalah “PERMATA
GBKP e me rudang-rudang Gereja”. Rudang-rudang di sini bisa diartikan sebagai
hiasan (aksesoris) belaka, atau rudang-rudang yang mengubah suasana dari yang
gersang menjadi segar, dari yang beraroma busuk menjadi beraroma semerbak wangi
seperti melati. Sampai sejauh mana PERMATA telah membawa perubahan yang
signifikan dalam konteks GBKP? Sejarah telah memperlihatkan perubahan-perubahan
positif yang telah dihasilkan PERMATA untuk kemuliaan nama Tuhan dalam konteks
GBKP. Tetapi yang patut direnungkan adalah, apakah PERMATA sudah merasa cukup
puas dengan hal itu? Sebaiknya memang PERMATA tidak stagnan berpuas diri dengan
apa yang sudah diraih, karena perubahan bukan hanya perubahan yang sifatnya
fisik berkaitan dengan pembangunan GBKP, tetapi lebih daripada itu adalah
perubahan pola berpikir dan berperilaku sehingga dapat berdampak luas bukan
hanya untuk kalangan sendiri tetapi juga untuk dunia ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar