Selasa, 23 Desember 2014

Bimbingen Khotbah Malam Natal 24 Desember 2014

BIMBINGEN KHOTBAH 24 DESEMBER 2014
MALAM NATAL
(Naras Pdt. L. br. Sinuhadji, Bp. Rey Tarigan)

Introitus :
Mikha 5:4b-5
Ogen :
Ibrani 1:1-4
Khotbah :
Mikha 5:1-4
Tema :
“IA RAJA DAMAI”

BAHAN INTROITUS & OGEN

Nabi Mikha berasal dari kota kecil Moresyet-Gat (Mi. 1:1&14) 40 Km barat daya Yerusalem. Ia melayani sebagai nabi pada masa pemerintahan tiga raja Yehuda (Mi. 1:1): Yotam, Ahas dan Hizkia (sekitar tahun 735-700 SM). Ia hidup sezaman dengan nabi Yesaya yang melayani sebagai nabi di Yerusalem.
Secara garis besar, kitab Mikha berisi: 1) Peringatan terhadap Israel (Samaria) dan Yehuda (Yerusalem) karena dosa-dosa mereka, khususnya penyembahan berhala, keangkuhan, penindasan orang miskin, suap-menyuap di antara pemimpin, ketamakan dan keserakahan, kebejatan, dan keberagamaan yang hampa; 2) Nubuat tentang hukuman Allah sebagai akibat dari  dosa-dosa mereka; 3) Nubuat bahwa damai sejahtera, kebenaran dan keadilan sejati akan terjadi di masa depan ketika Mesias memerintah.
Secara khusus Mikha 5:4b-5 (Introitus) berisi nubuat tentang suatu masa di mana Israel tidak lagi dikuasai oleh bangsa lain, dan setiap bangsa yang mencoba untuk menguasai Israel akan menemui kegagalan. Angka 7 melambangkan tindakan Allah yang sempurna dalam melindungi Israel dari kekuasaan bangsa lain. Angka 8 melambangkan kepastian tindakan Allah yang sempurna tersebut. Semua itu terjadi ketika Mesias memerintah di tengah-tengah bangsa Israel.
Nubuat nabi Mikha tentang kedatangan Mesias (Ogen) menjadi kenyataan dalam diri Tuhan Yesus Kristus sebagaimana diceritakan dalam Mat. 2:5-6.
Ketika zaman nabi Mikha hidup, mungkin bangsa Israel tidak mengetahui siapa Mesias itu dan kapan kedamaian, kebenaran, keadilan sejati akan benar-benar terwujud di tengah-tengah mereka. Namun nubuat itu cukup untuk membuat mereka optimis dan kuat menghadapi situasi yang terjadi pada zaman nabi Mikha.

BAHAN KHOTBAH

Surat Ibrani ditulis sekitar tahun 67-69 M (sekitar 769 tahun kemudian setelah zaman nabi Mikha), ditujukan kepada orang-orang Kristen Yahudi yang tengah mengalami penganiayaan dan keputusasaan. Oleh karena itu secara garis besar tujuan dituliskannya surat Ibrani ini adalah agar orang-orang Kristen Yahudi tetap mempertahankan imannya kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai pengantara, juruselamat, pendamai antara Allah dengan manusia berdosa. Ibrani 1:1-4 merupakan penegasan bahwa penebusan di bawah perjanjian yang lama sudah digenapi karena Tuhan Yesus telah datang dan menetapkan suatu perjanjian yang baru oleh kematianNya yang mengerjakan pendamaian.
Keselamatan dalam diri Tuhan Yesus Kristus tidak bisa dipahami oleh orang-orang Yahudi bukan Kristen karena mereka tetap meyakini bahwa Mesias harus datang sebagai kekuasaan politis yang mampu mengalahkan penjajahan Romawi pada masa itu (bdk. Luk. 24:21). Dalam konteks ini menjadi jelas mengapa orang-orang Kristen Yahudi mengalami penganiayaan dan keputusasaan karena mereka berbeda dengan orang-orang Yahudi kebanyakan.

PERENUNGAN

Tema : IA RAJA DAMAI. Tema tersebut sama dengan nubuat nabi Yesaya dalam Yes. 9:5. Mengapa Yesus Kristus disebut sebagai Raja Damai? Karena IA telah menjadi jurudamai antara Allah dengan manusia. Misi Yesus Kristus terutama adalah mendamaikan manusia dengan Allah. Manusia perlu berdamai dengan Allah karena dosa telah membuat manusia berada dalam posisi sebagai musuh Allah. Allah berinisiatif untuk membebaskan manusia dari belenggu dosa, sehingga manusia terbebas dari murka Allah. Dari pihak manusia, tentu saja diharapkan agar manusia mau diperdamaikan dengan Allah (2 Kor. 5:20-21). Inilah point pertama yang penting untuk direnungkan, apakah kita sudah benar-benar hidup dalam perdamaian dengan Allah? Hidup dalam perdamaian dengan Allah mengindikasikan hidup di dalam pesekutuan dengan Allah dan tidak lagi hidup dalam kekuasaan dosa. Kedamaian sejati hanya akan terwujud melalui perdamaian kita dengan Allah.
Setelah kita hidup dalam perdamaian dengan Allah, kita diutus untuk menjadi jurudamai di antara sesama dan alam semesta. Berdamai dengan alam semesta merupakan hal yang penting dewasa ini karena kecenderungan manusia berdosa yang selalu ingin mengeksploitasi alam semesta untuk keuntungan dirinya sendiri sehingga terjadi bencana di mana-mana. Inilah point kedua yang perlu kita renungkan bersama-sama.
Point ketiga yang perlu kita renungkan besama-sama adalah, damai bukan berarti bebas dari masalah atau persoalan. Masalah atau persoalan yang dimaksud di sini adalah masalah atau persoalan yang disebabkan oleh karena status kita sebagai anak-anak Allah atau orang-orang yang sudah hidup dalam perdamaian dengan Allah. Selama kita hidup di dalam dunia, kita tidak akan pernah bebas dari persoalan hidup, tetapi di dalam Yoh. 16:33 Tuhan memberikan janjiNya kepada kita yang percaya bahwa Tuhan (sudah dan) akan mengalahkan semua persoalan. Damai bukan juga berarti bahwa kita membiarkan segala bentuk ketidakbenaran supaya “damai-damai saja,” itu adalah damai yang semu, damai yang biasa dilakukan oleh orang-orang berdosa untuk membenarkan ketidakbenaran. Yoh. 14:27 menyatakan bahwa damai yang diberikan Allah kepada kita tidak sama dengan damai yang diberikan oleh dunia ini. Itulah sebabnya orang-orang percaya yang menyatakan kebenaran selalu dibenci dunia, tetapi Tuhan mengatakan “Jangan gelisah dan gentar hatimu” (bdk. Mat. 10:32-42). Damai di dalam Kristus adalah sikap kita dalam menghadapi berbagai situasi, bahkan yang berat sekalipun, di mana kita tetap optimis, percaya akan penyertaan Tuhan dan dengan sukacita menghadapi setiap persoalan.
Berita Natal adalah berita damai, karena telah lahir Raja Damai yang membawa damai sejati ke tengah-tengah dunia ini. Mintalah kekuatan dari Tuhan supaya kita dimampukan membawa damai Kristus di manapun kita berada. “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah” (Mat. 5:9).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar